1000halunik.blogspot.com - Presiden Dengan Istri Terbanyak ialah Ir. Soekarno atau Koesno
Sosrodihardjo, beliau memiliki sembilan istri yang tersebar
dimasing-masing daerah. Berikut ada adalah sembilan istrinya:
1. Siti Oetari (1921–1923)
Siti Oetari adalah putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam sekaligus merupakan istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Soekarno menikahi Oetari usianya belum genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur 16 tahun. Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya. Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas. Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB). Soekarno kemudian menceraikan Oetari.
2. Inggit Garnasih (1923–1943)
Inggit Garnasih (lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 13 April 1984 pada umur 96 tahun adalah istri kedua Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung. Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda. Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal. Kisah cinta Inggit-Soekarno ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang.
3. Fatmawati (1943–1956)
Fatmawati yang bernama asli Fatimah (lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923 – meninggal di Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980 pada umur 57 tahun) adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Fatmawati lahir dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah. Orang tuanya merupakan keturunan Puti Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.Ayahnya merupakan salah seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang kelak menjadi presiden pertama Indonesia. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Pada tahun 14 Mei 1980 ia meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekah yang lalu dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta.
4. Hartini (1952–1970)
Hartini (lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 20 September 1924 – meninggal di Jakarta, 12 Maret 2002 pada umur 77 tahun) adalah istri keempat Presiden RI Soekarno. Ayahnya Osan adalah pegawai Departemen Kehutanan yang rutin berpindah kota. Hartini menamatkan SD di Malang dan beliau diangkat anak oleh keluarga Oesman di Bandung. Hartini melanjutkan pendidikan di Nijheidschool (Sekolah Kepandaian Putri) Bandung. Hartini menamatkan SMP dan SMU di Bandung. Hartini remaja dikenal cantik, dan Hartini muda menikahi Suwondo dan menetap di Salatiga. Ia menjadi janda pada usia 28 tahun dengan lima orang anak. Tahun 1952 di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada. Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan. Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana. Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini. Fatmawati mengizinkan, namun kemudian menyebabkannya menuai protes dari berbagai organisasi wanita yang dimotori Perwari yang anti poligami. Soekarno dan Hartini akhirnya menikah di Istana Cipanas, 7 Juli 1953. Tahun 1964 Hartini pindah ke salah satu paviliun di Istana Bogor. Hartini ikut mendampingi acara kenegaraan Soekarno di Istana Bogor, antara lain menemui Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk, Akihito dan Michiko.
Di masa tahun 1950-an, saat nasionalisme dan revolusi sangat kuat mewarnai citra diri Soekarno, membuat peran Hartini di Istana Bogor sangat besar dan ia menjadi satu-satunya istri yang paling lama bisa bertemu dengan Soekarno. Meski demikian dekat, Soekarno masih menikahi Ratna Sari Dewi (1961), Haryati (Mei 1963) dan Yurike Sanger (Agustus 1964). Namun demikian sejarah mencatat, Hartini telah mengisi paruh kehidupan Soekarno. Dia lambang perempuan Jawa yang setia, nrimo, dan penuh bekti terhadap guru laki. Hartini meninggal di Jakarta 12 Maret 2002 dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak. Hartini meninggalkan 6 anak yaitu Bayu Soekarnoputra dan Taufan Soekarnoputra (berayah Bung Karno) serta Herwindo, Triherwanto, Sri Wulandari, Riswulan, dan Sri Hariswati (berayah Soeswondo).
5. Kartini Manoppo (1959–1968)
Hartini Manoppo merupakan salah satu istri yang paling dicintai oleh Soekarno. Menikah dengan Kartini Manoppo, Bung Karno dikarunia anak Totok Suryawan Sukarno pada 1967. Keduanya menikah pada 1959.
Awal mula Bung Karno jatuh hati pada wanita yang pernah jadi pramugari Garuda Indonesia itu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Sejak saat itu, Kartini tak pernah absen tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri.
Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi. Dia terlahir dari keluarga terhormat, sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.
6. Ratna Sari Dewi Soekarno (1962–1970)
Ratna Sari Dewi Soekarno (lahir dengan nama Naoko Nemoto (根本七保子 Nemoto Naoko) di Tokyo, 6 Februari 1940; umur 73 tahun) adalah istri ke-5 Soekarno yang merupakan Presiden Indonesia pertama. Dewi menikah dengan Soekarno pada tahun 1962 ketika berumur 19 tahun dan mempunyai anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno. Dewi berkenalan dengan Soekarno lewat seorang relasi ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo. Menjelang redupnya kekuasaan Soekarno, Dewi meninggalkan Indonesia. Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di Paris, sejak 1983 Dewi kembali menetap di Jakarta.
7. Haryati (1963–1966)
Haryati sebelum dinikahi Soekarno pada 1963, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat dengan sang proklamator.
Melihat kemolekan Haryati, Soekarno bak arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita berusia 23 tahun itu. Bahkan, status Haryati sebagai kekasih orang lain, tak membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya.
Hati Haryati pun akhirnya jebol dan tak kuasa menolak pinangan sang kepala negara. Soekarno dan Haryati akhirnya menikah pada 21 Mei 1963. Namun selang tiga tahun, Haryati diceraikan tanpa anak. Soekarno beralasan sudah tidak cocok. Saat itu, Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi.
8. Yurike Sanger (1964–1968)
Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.
Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar. Perhatian ekstra diberikan sang presiden kepada gadis bau kencur itu, mulai dari diajak bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah.
Rupanya, benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan ke Yurika.
Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike. Berjalannya waktu, ternyata pernikahan ketujuh Sang Proklamator berjalan singkat.
Kondisi Bung Karno pada 1967 yang secara de facto di makzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi. Didasari rasa cinta yang luar biasa, Bung Karno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso menyarankan agar Yurike meminta cerai. Akhirnya perceraian itu terjadi, meski keduanya masih saling cinta.
9. Heldy Djafar (1966–1969)
Heldy Djafar merupakan istri terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya menikah pada 1966, kala itu Bung Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu, masih berusia 18 tahun.
Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto. Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.
Akhirnya, pada 19 Juni 1968 Heldy 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor. Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat. Soekarno tutup usia 21 Juni 1970, dalam usia 69 tahun.
1. Siti Oetari (1921–1923)
Siti Oetari adalah putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam sekaligus merupakan istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Soekarno menikahi Oetari usianya belum genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur 16 tahun. Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya. Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas. Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB). Soekarno kemudian menceraikan Oetari.
2. Inggit Garnasih (1923–1943)
Inggit Garnasih (lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 13 April 1984 pada umur 96 tahun adalah istri kedua Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung. Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda. Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal. Kisah cinta Inggit-Soekarno ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang.
3. Fatmawati (1943–1956)
Fatmawati yang bernama asli Fatimah (lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923 – meninggal di Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980 pada umur 57 tahun) adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Fatmawati lahir dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah. Orang tuanya merupakan keturunan Puti Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.Ayahnya merupakan salah seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang kelak menjadi presiden pertama Indonesia. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Pada tahun 14 Mei 1980 ia meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekah yang lalu dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta.
4. Hartini (1952–1970)
Hartini (lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 20 September 1924 – meninggal di Jakarta, 12 Maret 2002 pada umur 77 tahun) adalah istri keempat Presiden RI Soekarno. Ayahnya Osan adalah pegawai Departemen Kehutanan yang rutin berpindah kota. Hartini menamatkan SD di Malang dan beliau diangkat anak oleh keluarga Oesman di Bandung. Hartini melanjutkan pendidikan di Nijheidschool (Sekolah Kepandaian Putri) Bandung. Hartini menamatkan SMP dan SMU di Bandung. Hartini remaja dikenal cantik, dan Hartini muda menikahi Suwondo dan menetap di Salatiga. Ia menjadi janda pada usia 28 tahun dengan lima orang anak. Tahun 1952 di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada. Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan. Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana. Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini. Fatmawati mengizinkan, namun kemudian menyebabkannya menuai protes dari berbagai organisasi wanita yang dimotori Perwari yang anti poligami. Soekarno dan Hartini akhirnya menikah di Istana Cipanas, 7 Juli 1953. Tahun 1964 Hartini pindah ke salah satu paviliun di Istana Bogor. Hartini ikut mendampingi acara kenegaraan Soekarno di Istana Bogor, antara lain menemui Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk, Akihito dan Michiko.
Di masa tahun 1950-an, saat nasionalisme dan revolusi sangat kuat mewarnai citra diri Soekarno, membuat peran Hartini di Istana Bogor sangat besar dan ia menjadi satu-satunya istri yang paling lama bisa bertemu dengan Soekarno. Meski demikian dekat, Soekarno masih menikahi Ratna Sari Dewi (1961), Haryati (Mei 1963) dan Yurike Sanger (Agustus 1964). Namun demikian sejarah mencatat, Hartini telah mengisi paruh kehidupan Soekarno. Dia lambang perempuan Jawa yang setia, nrimo, dan penuh bekti terhadap guru laki. Hartini meninggal di Jakarta 12 Maret 2002 dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak. Hartini meninggalkan 6 anak yaitu Bayu Soekarnoputra dan Taufan Soekarnoputra (berayah Bung Karno) serta Herwindo, Triherwanto, Sri Wulandari, Riswulan, dan Sri Hariswati (berayah Soeswondo).
5. Kartini Manoppo (1959–1968)
Hartini Manoppo merupakan salah satu istri yang paling dicintai oleh Soekarno. Menikah dengan Kartini Manoppo, Bung Karno dikarunia anak Totok Suryawan Sukarno pada 1967. Keduanya menikah pada 1959.
Awal mula Bung Karno jatuh hati pada wanita yang pernah jadi pramugari Garuda Indonesia itu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Sejak saat itu, Kartini tak pernah absen tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri.
Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi. Dia terlahir dari keluarga terhormat, sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.
6. Ratna Sari Dewi Soekarno (1962–1970)
Ratna Sari Dewi Soekarno (lahir dengan nama Naoko Nemoto (根本七保子 Nemoto Naoko) di Tokyo, 6 Februari 1940; umur 73 tahun) adalah istri ke-5 Soekarno yang merupakan Presiden Indonesia pertama. Dewi menikah dengan Soekarno pada tahun 1962 ketika berumur 19 tahun dan mempunyai anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno. Dewi berkenalan dengan Soekarno lewat seorang relasi ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo. Menjelang redupnya kekuasaan Soekarno, Dewi meninggalkan Indonesia. Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di Paris, sejak 1983 Dewi kembali menetap di Jakarta.
7. Haryati (1963–1966)
Haryati sebelum dinikahi Soekarno pada 1963, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat dengan sang proklamator.
Melihat kemolekan Haryati, Soekarno bak arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita berusia 23 tahun itu. Bahkan, status Haryati sebagai kekasih orang lain, tak membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya.
Hati Haryati pun akhirnya jebol dan tak kuasa menolak pinangan sang kepala negara. Soekarno dan Haryati akhirnya menikah pada 21 Mei 1963. Namun selang tiga tahun, Haryati diceraikan tanpa anak. Soekarno beralasan sudah tidak cocok. Saat itu, Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi.
8. Yurike Sanger (1964–1968)
Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.
Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar. Perhatian ekstra diberikan sang presiden kepada gadis bau kencur itu, mulai dari diajak bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah.
Rupanya, benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan ke Yurika.
Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike. Berjalannya waktu, ternyata pernikahan ketujuh Sang Proklamator berjalan singkat.
Kondisi Bung Karno pada 1967 yang secara de facto di makzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi. Didasari rasa cinta yang luar biasa, Bung Karno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso menyarankan agar Yurike meminta cerai. Akhirnya perceraian itu terjadi, meski keduanya masih saling cinta.
9. Heldy Djafar (1966–1969)
Heldy Djafar merupakan istri terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya menikah pada 1966, kala itu Bung Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu, masih berusia 18 tahun.
Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto. Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.
Akhirnya, pada 19 Juni 1968 Heldy 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor. Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat. Soekarno tutup usia 21 Juni 1970, dalam usia 69 tahun.
Share This Article
luar biasa informasinya, trim
BalasHapus