1000halunik.blogspot.com - Bill Gates, Carlos Slim, dan Warren Bufett boleh saja menghiasai
daftar orang terkaya dunia dalam beberapa tahun terakhir. Namun tahukah
Anda, jika orang terkaya dunia sepanjang masa bukan lahir dari Amerika
atau Eropa. Justru, miliarder ini lahir dari sebuah negara miskin
Afrika, Mali.
Mansa Musa namanya. Dia merupakan kaisar kerajaan Mali di Afrika
Barat. Ia memerintah pada tahun-tahun keemasan Mali antara 1312 dan 1337
M. Ia menjadi semacam selebriti internasional pada tahun 1324, tahun
saat Marco Polo meninggal dunia.
Di tahun itu, Musa melakukan perjalanan sejauh 3.000 mil untuk
menunaikan ibadah haji. Perjalanan spiritual yang memerlukan waktu
sembilan bulan itu diiringi 60.000 kuli dan 80 unta. Masing-masing
membawa 300 pounds emas.
Jika disesuaikan dengan inflasi saat ini, Mansa Musa membawa harta
senilai US$ 400 miliar yang menempatkan dia sebagai orang terkaya nomor
wahid dalam sejarah. Kekayaannya mengungguli harta keluarga Rothschild
(US$ 350 miliar), John D Rockefeller (US$ 340 miliar) dan Henry Ford
(US$ 199 miliar).
Kekuatan Mansa Musa
"Mansa" berarti raja raja atau kaisar, dan kerajaan Musa terbentang
dari Samudera Atlantik di barat dan Sungai Niger di timur. Sepanjang
wilayah ini dianggap sebagai penyimpanan garam dan emas terbesar di
dunia.
Mengutip laporan theroot.com, selama tiga bulan tinggal di
Kairo, Mesir, Musa mengatakan alasannya menjadi raja Mali kepada seorang
penulis sejarah. Ia menceritakan bahwa pendahulunya, Abubakari II,
berlayar dari menyeberangi Atlantik dengan 2.000 kapal (dan tambahan
1.000 perahu untuk air dan persediaan). Mereka tidak pernah kembali, dan
tidak ada yang tahu nasib ekspedisi tersebut.
Para peneliti modern mengetahui tentang Mansa Musa melalui tenun dari
Arab, sejarah lisan dan, mungkin yang paling penting, sejarawan abad
ke-17 dari Timbuktu, Ibn al-Mukhtar. Pendiri dinasti Musa adalah
Sundiata, yang kemungkinan adalah kakek atau paman Musa, menurut
ensiklopedia Britannica.
Musa, seorang Muslim yang taat, diberitahu oleh peramal agar
merencanakan sebuah perjalanan melewati gurun Sahara yang akan
membawanya ke Mekah, tempat kelahiran Islam. Saat itu, perjalanan ke
Mekah terasa seperti sebuah perjalanan ke sebuah planet yang jauh. Tapi
itu menunjukkan bahwa nenek moyang Afrika ingin tahu tentang dunia luar
dan bepergian seperti penjelajah lainnya. Ini bertentangan dengan
stereotip bahwa mereka tetap tinggal di rumah mereka di benua menunggu
untuk "ditemukan."
Dalam perjalanannya ke Mekah, Musa didampingi istri pertamanya.
Perjalanan Musa dan istrinya diiringi tidak lebih dari 60.000 kuli dalam
sebuah kafilah dengan 80 unta, masing-masing membawa 300 pounds emas.
Hal itu tertulis dalam esai David Tschanz, Lion of Mali: The Hajj of
Mansa Musa, di Makzan edisi Mei 2012.
Dalam esainya, Tschanz menuliskan kafilah itu dipimpin oleh 500
pewarta, mengenakan sutra Persia dan tongkat dengan bantalan emas yang
berkilauan di bawah sinar matahari dan hampir membutakan siapa pun yang
melihat mereka. Rombongan berikutnya adalah penjaga kerajaan yang
membawa tombak dan pedang, sementara yang lain membawa bendera kerajaan
mereka. Juga di belakangnya adalah rombongan 12.000 budak pribadi raja
dan 500 pelayan istrinya.
Perjalanan ke Mekah
Dalam perjalanan ke Mekah, Raja Diraja Mali ini beristirahat selama
tiga bulan di Kairo. Di sini, ia bertemu dengan sultan dan sebagai
hasilnya, membantu membuka rute perdagangan penting ke Afrika Utara.
Perjalanan dengan iring-iringan besar bukanlah tradisi pembesar Mali.
Bahkan, saat berada di Kairo, Musa bercerita kepada sultan soal kisah
hilangnya Abubakari II secara misterius. Namun sultan di Kairo tak
begitu mempercayai cerita Mansa Musa. Berikut adalah cerita Musa kepada
sultan Kairo.
"Penguasa yang mendahului saya percaya bisa mencapai ujung laut yang
mengelilingi bumi (yang berarti Atlantik). Dia ingin mencapai itu dan
bertekad untuk mematangkan rencananya. Jadilah dia membawa dua ratus
kapal penuh dengan orang. Sedangkan kapal lain diisi emas, air dan
perbekalan lainnya yang cukup untuk beberapa tahun. Ia memerintahkan
sang kapten tidak kembali sampai mereka telah mencapai ujung laut, atau
sampai ia kehabisan perbekalan dan air. Jadi mereka memulai perjalanan
mereka. Namun mereka tidak kembali untuk waktu yang lama, dan, akhirnya
hanya satu perahu kembali."
"Ketika ditanya, kapten menjawab: "O Pangeran, kami berlayar untuk
waktu yang lama, sampai kami melihat di tengah-tengah laut sungai besar
yang mengalir dengan derasnya. Perahu saya adalah yang terakhir; orang
lain yang di depan saya, dan mereka tenggelam dalam pusaran air besar
dan tidak pernah keluar lagi. Saya berlayar kembali untuk melarikan diri
saat ini. "Tapi Sultan tidak percaya padanya. Ia memerintahkan dua ribu
kapal berlayar bersama dia dan anak buahnya, dan seribu lebih untuk air
dan perbekalan. Lalu ia memberi mandat pada saya jika dia tidak
kembali. Dan dia berangkat dengan anak buahnya, tidak pernah kembali
atau memberikan tanda-tanda kehidupan."
Meski pun tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi pada Abubakari
II dan armada besarnya, para peneliti di Mali, seperti dilansir BBC pada
tahun 2000, memperkirakan mereka berlayar hingga sejauh Brasil.
Selama di Mesir, Musa begitu murah hati dengan emas. Ia bahkan
menjatuhkan pasar emas lokal dengan kemurahan hatinya itu hingga
beberapa dekade berikutnya. Membaca tentang dia seperti membaca dongeng
tentang pelayaran Marco Polo dan The Canterbury Tales dan The Pilgrim’s
Progress semua dalam satu cerita.
Pada saat Musa kembali, ia nyaris tidak memiliki emas satu pun. Dia
terpaksa harus meminjam emas dengan suku bunga yang tinggi. Tapi dia
kembali dengna membawa sesuatu yang bernilai lain, seseorang arsitek
Andalusia dan penyair terkenal Abu Ishaq al-Sahili. Dialah pelopor
pembangunan istana berkubah di Mali.
Dalam 25 tahun pemerintahannya sebagai raja besar di Mali, Musa
melakukan hubungan diplomatik dengan Maroko. Dia mengirim mahasiswa
belajar di luar negeri. Sebagai akibat dari perjalanan haji yang
terkenal itu, Musa telah menyebarkan legenda Mali melalui dunia Islam ke
Eropa. Meski Musa telah meninggal selama 40 tahun, tapi legendanya
sebagai "Singa Mali" tetap dikenang.
sumber : dream.co.id
Share This Article
0 komentar:
Posting Komentar