Apakah boleh berniat puasa Syawal di siang hari, tanpa makan sahur?
Boleh seperti itu dan kita bisa ambil pelajaran dari hadits berikut.
عَنْ
عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى
الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ».
فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا
آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ «
أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ
Dari ‘Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau berkata, “Apakah kalian
memiliki sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.” Beliau
pun berkata, “Kalau begitu saya puasa saja sejak sekarang.” Kemudian di
hari lain beliau menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, “Kami baru
saja dihadiahkan hays (jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan
tepung).” Lantas beliau bersabda, “Berikan makanan tersebut padaku,
padahal tadi pagi aku sudah berniat puasa.” Lalu beliau menyantapnya.
(HR. Muslim no. 1154).
Imam Nawawi membawakan judul bab untuk hadits di atas
“Bolehnya berniat di siang hari sebelum zawal untuk puasa sunnah. Boleh
pula membatalkan puasa sunnah tanpa ada uzur, namun yang lebih baik
adalah menyempurnakannya.”
Imam Nawawi juga berkata, “Menurut jumhur (mayoritas) ulama, puasa
sunnah boleh berniat di siang hari sebelum waktu zawal.” (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 32-33).
Zawal adalah saat matahari tergelincir ke arah barat, masuk waktu Zhuhur.
Hal ini menandakan bahwa puasa sunnah tidak disyaratkan tabyiytun
niat (berniat di malam hari). Namun ini berlaku untuk puasa sunnah
mutlak. Sedangkan puasa sunnah tertentu (mu’ayyan) yang dikaitkan dengan
waktu tertentu, maka sama dengan puasa wajib harus ada tabyiytun niat,
yaitu niat di malam hari sebelum fajar Shubuh. Misalnya seseorang yang
melaksanakan puasa sunnah ayyamul bidh (13, 14, 15 H), maka ia harus ada
niat puasa sunnah sejak malam. Jadi berlaku untuk puasa mu’ayyan
(tertentu) baik puasa wajib maupun sunnah, harus ada niat puasa sejak
malam hari. Demikian penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Sholih Al
‘Utsaimin rahimahullah.
Sah jika berniat puasa sunnah mutlak dari pagi hari, misal dari jam
10 pagi asal sebelumnya tidak melakukan pembatal puasa di antaranya
makan dan minum. Namun pahala yang dicatat adalah dari niat mulai
berpuasa karena setiap amalan itu tergantung pada niatnya dan setiap
orang dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan. Lihat Fathu Dzil Jalali wal Ikrom bi Syarh Bulughil Marom karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 7: 92-107.
Batasan waktu niat puasa sunnah ini ada dua pendapat: (1) tidak boleh
setelah pertengahan siang sebagaimana pendapat Abu Hanifah dan
murid-muridnya, (2) boleh sebelum atau sesudah waktu zawal
(tergelincirnya matahari ke barat) karena tidak disebutkan batasan dalam
hal ini. Inilah al qoul jadid (pendapat terbaru) dari Imam Syafi’i dan
jadi pegangan Imam Ahmad.
Puasa tanpa makan sahur pun membuat puasa tetap sah. Syaikh ‘Abdul
‘Aziz menjawab pertanyaan mengenai orang yang berpuasa tanpa makan
sahur, “Puasanya tetap sah karena sahur bukanlah syarat sahnya puasa.
Makan sahur hanyalah mustahab (dianjurkan atau sunnah).” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 15: 321).
Namun untuk puasa wajib -seperti puasa Ramadhan dan puasa qadha’-
diharuskan ada niat di malam hari sebelum Shubuh. Dari Hafshoh Ummul
Mukminin bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya.” (HR. Abu Daud no. 2454, Tirmidzi no. 730, An Nasai no. 2333, dan Ibnu Majah no. 1700)
Semoga Allah beri kepahaman.
sumber : rumaysho.com
Share This Article
0 komentar:
Posting Komentar