1000halunik.blogspot.com - Para
ilmuwan percaya jika manusia akan mengalami kepunahan sekali lagi dalam
waktu dekat. Namun kali ini tidak akan terjadi karena hantaman
asteroid.
Manusia akan punah karena hasil dari kejahatan yang dilakukannya terhadap lingkungan. Pasalnya, perubahan iklim yang terjadi akan memusnahkan hewan-hewan penting yang membantu manusia tetap hidup.
"Kepunahan kali ini disebabkan oleh kita sendiri. Banyak spesies yang menghilang dipicu oleh perubahan iklim yang disebabkan manusia, pembangunan gedung yang merajalela, dan juga perusakan habitat," ujar Rodolfo Dirzo, peneliti dari Standford University
Menurut Dirzo, data yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa kepunahan manusia sedang terjadi. Kepunahan hewan itu berdampak pada kesehatan manusia. "Kami menyebutnya 'anthropocene defaunation'. Sebagai contoh data yang ada, antara 23 hingga 36 persen burung, mamalia dan amfibi yang sering kita konsumsi atau gunakan sebagai obat-obatan, saat ini terancam punah."
Penurunan jumlah hewan liar juga menyebabkan manusia mati atau menderita di beberapa negara. Di Madagaskar contohnya, kematian banyak hewan liar mampu meningkatkan tingkat kelaparan hingga 30 persen.
"Kematia fauna secara sistematik ini benar-benar mengancam fungsi ekologis dasar, dan berkontribusi besar terhadap kelangsungan hidup seluruh mahluk hidup. Kehilangan ini tidak bisa kita kembalikan lagi," ujar Dirzo dalam jurnalnya yang telah dipublikasi oleh Nature berjudul 'Early Stages of Earth 6th Mass Extinction Event'.
Dalam jurnal itu juga disebutkan jika 320 vertebrata telah mengalami kepunahan sejak tahun 1500. Populasi yang bertahan menurun hingga 25 persen karena kerusakan anthropogenik dari habitat alam hewan, dan eksploitasi berlebihan.
Beberapa hewan dan wilayah geografis lain telah mengalaminya. Banyak hewan megafauna, seperti gajah, badak bercula, beruang kutub dan banyak mamalia lain, menghadapi rata-rata reproduksi yang melambat dan membutuhkan habitat lebih besar. Jika semua hewan itu keluar dari rantai makanan, hanya tikus yang tersisa.
Studi dari Kenya yang dilakukan Dirzo dan rekannya menunjukkan jika menghilangkan megafauna seperti macan, zebra, jerapah dan gajah akan membuat ekosistem jadi tak seimbang. Hewan yang memakan tikus menghilang maka tikus-tikus akan semakin berkembang biak dan berjaya.
"Jika spesies yang menghalau pertanian meningkat, kerusakan panen akan meningkat pula hingga 37 persen. Tikus akan semakin berkuasa di bumi," prediksi Dirzo.
Selain itu, serangga juga akan cepat menghilang, dengan prediksi kepunahan 33 persen. Menurut Dirzo, manusia juga butuh lebah dan serangga sebagai penyerbuj yang berperan penting dalam produksi sekitar 75 persen persediaan makanan di dunia.
Pasalnya, banyak spesies hewan yang juga berperan sebagai pengolah material organik dan menambahkan nutrisi, beberapa lainnya berkontribusi untuk membersihkan air. Amfibi misalnya, memakan alga dan menghambat partikel organik. Di sisi lain, hewan seperti buaya juga berperan penting dalam air.
Langkah pencegahannya, menurut Dirzo, adalah dengan memperingatkan para pembuat kebijakan di negara-negara seluruh dunia untuk tidak mengabaikan ancaman ini.
Manusia akan punah karena hasil dari kejahatan yang dilakukannya terhadap lingkungan. Pasalnya, perubahan iklim yang terjadi akan memusnahkan hewan-hewan penting yang membantu manusia tetap hidup.
"Kepunahan kali ini disebabkan oleh kita sendiri. Banyak spesies yang menghilang dipicu oleh perubahan iklim yang disebabkan manusia, pembangunan gedung yang merajalela, dan juga perusakan habitat," ujar Rodolfo Dirzo, peneliti dari Standford University
Menurut Dirzo, data yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa kepunahan manusia sedang terjadi. Kepunahan hewan itu berdampak pada kesehatan manusia. "Kami menyebutnya 'anthropocene defaunation'. Sebagai contoh data yang ada, antara 23 hingga 36 persen burung, mamalia dan amfibi yang sering kita konsumsi atau gunakan sebagai obat-obatan, saat ini terancam punah."
Penurunan jumlah hewan liar juga menyebabkan manusia mati atau menderita di beberapa negara. Di Madagaskar contohnya, kematian banyak hewan liar mampu meningkatkan tingkat kelaparan hingga 30 persen.
"Kematia fauna secara sistematik ini benar-benar mengancam fungsi ekologis dasar, dan berkontribusi besar terhadap kelangsungan hidup seluruh mahluk hidup. Kehilangan ini tidak bisa kita kembalikan lagi," ujar Dirzo dalam jurnalnya yang telah dipublikasi oleh Nature berjudul 'Early Stages of Earth 6th Mass Extinction Event'.
Dalam jurnal itu juga disebutkan jika 320 vertebrata telah mengalami kepunahan sejak tahun 1500. Populasi yang bertahan menurun hingga 25 persen karena kerusakan anthropogenik dari habitat alam hewan, dan eksploitasi berlebihan.
Beberapa hewan dan wilayah geografis lain telah mengalaminya. Banyak hewan megafauna, seperti gajah, badak bercula, beruang kutub dan banyak mamalia lain, menghadapi rata-rata reproduksi yang melambat dan membutuhkan habitat lebih besar. Jika semua hewan itu keluar dari rantai makanan, hanya tikus yang tersisa.
Studi dari Kenya yang dilakukan Dirzo dan rekannya menunjukkan jika menghilangkan megafauna seperti macan, zebra, jerapah dan gajah akan membuat ekosistem jadi tak seimbang. Hewan yang memakan tikus menghilang maka tikus-tikus akan semakin berkembang biak dan berjaya.
"Jika spesies yang menghalau pertanian meningkat, kerusakan panen akan meningkat pula hingga 37 persen. Tikus akan semakin berkuasa di bumi," prediksi Dirzo.
Selain itu, serangga juga akan cepat menghilang, dengan prediksi kepunahan 33 persen. Menurut Dirzo, manusia juga butuh lebah dan serangga sebagai penyerbuj yang berperan penting dalam produksi sekitar 75 persen persediaan makanan di dunia.
Pasalnya, banyak spesies hewan yang juga berperan sebagai pengolah material organik dan menambahkan nutrisi, beberapa lainnya berkontribusi untuk membersihkan air. Amfibi misalnya, memakan alga dan menghambat partikel organik. Di sisi lain, hewan seperti buaya juga berperan penting dalam air.
Langkah pencegahannya, menurut Dirzo, adalah dengan memperingatkan para pembuat kebijakan di negara-negara seluruh dunia untuk tidak mengabaikan ancaman ini.
Share This Article
0 komentar:
Posting Komentar